Menulis dan Belajar Berkomitmen
saya membaca tulisan penghujung tahun dahlan iskan di disway.id berjudul tahun komitmen sebuah tulisan yang cukup menghentak saya di pagi hari. tulisan itu sederhana, menceritakan bagiamana dahlan iskan seorang milioner dengan aktivitas super padat di usia sepuh masih mampu konsisten dan berkomitmen untuk menulis di blognya setiap hari tanpa pernah bolong. luar biasa, bahkan saat disway di rumah sakit karena covid komitmen menulisnya tak pernah putus. beliau bahkan menulis dengan ponsel, upssss smartphone dengan menggunakan telunjuk. ya bayangkan saja tangan kiri memegang HP dan tangan kanan menekan huruf dengan telunjuk.
sebagai anak muda yang segar bugar saya cukup tersinggung, ketersinggungan yang menyebalkan. bagaimana saya yang muda ini, ngaku blogger, banyak waktu luang, dan katanya suka menulis kok ya malas nulis. sia-sia saya bayar domain dan hosting buat blog. niatnya mau sok keren, tapi malah kehilangan esensi.
saya rindu 10 tahun lalu gara-gara blogger. dari nulis dan ngeblog, saya yang pertama di keluarga bisa naik pesawat dan tidur dihotel berbintang, bisa keliling -sebagian- indonesia, dapat duit, bisa dapat laptop, sampai punya android tahun 2010 saat semua makhluk hidup tergila-gilang dengan blackberry, dan sebuah rahasia bahwa ketemua pacara yang sekarang jadi istri ya dari menulis. sial menulis kemudian jadi pekerjaan saya, dan tidak bisa jadi pelarian hobi.
saat itu nulis dan ngeblog benar-benar menyenangkan, sebelum semuanya berubah jadi pekerjaan. ya pekerjaan yang diawali hobi cukup menyebalkan, saat kita jenuh mau lari kemana? ke hobi ? jadinya menulis benar-benar lenyap sebagai sebuah kenikmatan yang menyenangkan.
jadi ditengah banjir youtuber dan ngeyoutube, saya sepertinya akan kembali ke hobi lama. menulis. resolusi kecil 2022 yang mau saya lihat sejauh mana daya tahan komitmen ini. satu hari satu artikel akan menyenangkan.
saya ingin kembali ke awal, 10-12 tahun lalu saat menulis begitu mengasikan, seperti anak kecil yang tersenyum saat pertama kali berdiri, seperti saat bermain bola di lapangan sawah yang mengering setalah panen, seperti pulang sekolah lari lari ke sungai untuk ngojayyyy, saat pertama kali menarik pancing dan mendapatkan ikan, seperti saat menerbangkan layangan saat sore di musim kemarau, seperti saat berdebar hati menembakmu lalu kau tolak tapi aku maksa untuk diterima dan kau menerimanya. eaaaaa
jadi jika kita berteman di sosial media dan setiap hari melihatku membagikan artikel, jangan bosen, seee youuuuuu